Wednesday, August 25, 2010

Pertemuan Pertama dan Terakhir dengan Habib

Aku baru saja beberapa bulan tinggal di Jeddah, jadi bahasa arabku juga belum berkembang luas, hanya sebatas " keif halak/keif halik", " syukran" itu sih dari dulu kale! :D dan kalimat-kalimat sederhana lainnya.




Malam itu suamiku mengajak aku dan ibu mertuaku yang sedang berada di Jeddah mengunjungi rumah Habib Abdul Qadir Assaggaf. Salah satu dari anak Habib adalah teman suamiku. Ibu mertuaku memang dari dulu ingin sekali bertemu dengan Habib, dengan adanya jalan mudah karena suamiku mengenal anaknya dan istrinya yang sebelumnya aku juga sudah kenal di salah satu acara. Jadilah malam itu kami kerumahnya yang super luas di daerah elite.



Kami duduk di salah satu sudut ruang tamu yang sangat sederhana. Hanya dialasi oleh karpet dan senderan sofa. Tidak banyak terlihat perabotan di dalamnya, yang aku rasa ini bukan ruang tamu spesial. Masih banyak ruangan dan bangunan lain disekeliling kawasan rumah itu. Saat itu memasuki azan Isya, rumah itu begitu sepi, hanya beberapa anak-anak laki yang kurasa mungkin cucu-cucunya yang bermain bola di teras depan. Sehabis salat baru kami bisa bertemu dengan Habib.



Saat itu aku tidak begitu deg-deg an (entah untuk apa?) dengan pertemuan itu, hanya sedikit gugup dan bingung. Mertuaku walaupun tampaknya sedikit malu-malu dan bingung tapi tampak siap. Kami memasuki kamarnya yang dingin dan semerbak bau 'oud menyebar di dalam kamar yang dipenuhi dengan beberapa foto sang Habib dikala muda, dan beberapa foto lain.



Kulihat sang Habib yang terbujur lemah di tempat tidur dengan mata tertutup. Di samping sisi tempat tidur beberapa orang lelaki yang kurasa mungkin cucu/ keponakan/ menantu nya. Beberapa wanita yang sudah cukup tua terlihat berjejer di sisi lain masih menggunakan pakaian salatnya yang khas berwarna hijau. Entah yang mana istrinya.



Kami menunggu giliran untuk bisa dapat mencium tangan sang Habib. Aku merasa kasihan melihatnya, sungguh berbeda dengan foto yang terpajang dikamarnya ketika ia masih cukup segar, dengan tubuh nya yang besar dan tampak berwibawa. Sekarang ia terbaring lemah dengan mata tertutup, diselimuti dengan selimut yang sederhana.



Salah seorang menantunya memberi tahu kami, bahwa cukup mencium tangannya saja tanpa harus mengangkat tangan Habib dan boleh minta didoakan dengan berbisik pelan di telinga sang Habib. Lalu tibalah giliran kami, ibumertuaku yang pertama maju, ia mencium tangannya dan berbisik pelan disisi Habib.



Tiba giliranku.. kuhampiri sang Habib, kucium tangan kanannya yang dilapisi oleh saputangan putih. Saat itu aku hanya berdoa dalam hati semoga saja Habib WaliAllah ini bisa mendengar isi hatiku *betul-betul bodoh!!*



Sepulangnya dari sana aku merasa kesal, kenapa aku diajak kerumahnya di saat aku belum lancar berbahasa arab, suamiku hanya tertawa mendengar ocehanku. Aaahh seandainya saja aku masih bisa bertemu lagi dengannya, aku tidak akan tinggal diam saja. Alhamdulilah aku masih bisa bertemu dengannya walau hanya sekali, aku bisa mencium tangannya, melihat dengan langsung sang Habib.



Kini sang Habib telah tiada, tapi kenanganku tentangnya masih terekam jelas. Selamat jalan Habib.



AlFatiha Ila Habib Abdul Qadir Assaggaf...

Indo-Arab

Pagi itu Madri bertingkah percaya diri membayangkan dirinya seolah staf kantoran. Madri berpenampilan rapi, rambut, kumis, cambang dan wajahnya sudah di "salon" kan sehari sebelumnya di salah satu sudut ramai Badi'ah.




Madri masih duduk diruang tamu sebuah kantor konstruksi yang berada ditingkat atas perkantoran gedung Debensham Mamlakah Riyadh menunggu majikannya yang punya keperluan disitu sambil membawakan laptop dan tas berkas-berkas milik majikannya.



Sebenarnya dibenak Madri bukan sekedar penampilan para staf kantor saja yang mengesankannya tetapi saat ia melenggang disepanjang deretan kantor-kantor ia melihat banyak saudara-saudara setanah air yang terlihat lalu lalang sebagai pekerja kantor disitu. "Jadi ga bener tuh kalau TKI kemari hanya bervisa sopir saja", gumam Madri dalam hati.



Sesaat kemudian Hp Madri berdering, ternyata majikannya berpesan supaya laptop dan tas berkas-berkas kepunyaannya diserahkan saja ke receptionist disana karena ia datang terlambat. Sekian menit kemudian Madri sudah didepan receptionist menyodorkan berkas-berkas milik majikannya.



"Assalamualaikum...", sapa Madri penuh percaya diri.

"Waalaikum Salam.. kef halak..kef shahha...kef umurak..asak thayyeb...wisylonak...wishakhbarak...", jawab receptionist menyambut Madri.



"Aaaa,,,eee,,,,uuee,,,baik-baik.. Mas.. pak..bang ..bung..den..ncik..abah...ji..

Madri gelagapan menjawab si receptionist.



"Bapak.. biar saya yang mengambil berkas-berkas ini.. mari Pak..!" kata si receptionist dengan bahasa Indonesia.



Madri bengong, mata melotot dan mulut monyong karena; pertama ia kagum dengan bahasa arab si receptionist yang mengalir kayak air terjun dan kedua dia kaget dengan kefasihannya berbahasa Indonesia.



"Trusss...sampean sopo..?", tanya Madri.

"Ana Tegal, ana Arab Tegal Pak...ojo koyo kiye lah..!"

Madri: ???!!!...

Tobat deh!!

Cerdas ternyata sangat penting dalam da'wah. Ini pengalaman seorang ustaz di Bogor menghadapi salahsatu aliran sesat Ingkarussunah. Walaupun sudah Ijma' bahwa Sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah AlQur'an namun ada sekelompok orang yang "ngeyel" menolak hadits atau sunnah.




Padahal banyak hal termasuk praktek ibadah yang tidak bisa kita ketahui caranya kecuali dari hadits.



Contohnya shalat, AlQur'an hanya mewajibkan secara umum dan yang menjelaskan tata caranya adalah hadits, contoh lain adalah tata cara mengurus jenazah.



Nah..suatu hari pemimpin kelompok ini meninggal dan ternyata anggotanya nggak ngerti tata cara mengurus jenazah (abis ga pernah baca hadits sih!), dan mereka minta tolong sama ustadz ini.



"Wah gue nggak mau ngurus jenazah beliau karena gue hormat ama beliau".

"Lho kok gitu..?" mereka bingung atas jawaban Ustadz.

"Ya...guru kalian kan hanya percaya ama Qur'an, kagak percaya ama hadits..lha di Qur'an nggak ada tata cara ngurus jenazah kok, adanya di hadits tapi dia kaga mau pake..jadi biarin aja mayatnya, nggak usah diurus!, kecuali kalian mau percaya ama hadits baru gue mau ngurus tuh mayat".



Akhirnya mereka sadar dan

mengakui Hadits atau sunnah sebagai sumber hukum. Nah Lho!!

TKW

Sampai begitukah jelek orang Indonesia di negeri Saudi ini. Begitu seringnya aku melihat dan mendengar tentang orang Indonesia yang direndahkan, dihina, dan dipandang sebelah mata.




Indonesia adalah TKW, dan TKW adalah Indonesia. Orang Saudi pun hanya tahu nya orang Indonesia adalah TKW. Kebanyakan berita di tv selalu mengenai pekerja2 dari Indonesia yang disiksa majikan, dan kita menganggap orang Saudi selalu kejam. Sebaliknya disini orang Saudi mungkin sebagian besar menganggap orang Indonesia senang dengan sihir2an. Memang tidak semua pekerja dari Indonesia buruk, ada beberapa yang baik, bahkan betah bisa sampai bertahun-tahun bekerja dsini. Selama orang itu berniat baik, tidak macam-macam di negeri orang, apalagi di negeri yang hukum Islam nya sangat kuat dan tergantung takdir juga yang membawa para pekerja mendapat majikan yang baik atau tidak.



Tapi tidak sedikit juga orang Saudi yang baik. Sewaktu aku melaksanakan ibadah haji beberapa tahun yg lalu bersama rombongan dari KBRI Riyadh aku banyak mendengar cerita cerita ttg para TKW ini. Salah seorang ibu yang suaminya bekerja menjadi salah satu staf kedutaan bercerita ttg seorang supir Indonesia yang bekerja pada sebuah keluarga kaya di Saudi. Supir itu begitu baik, jujur, dan setia melayani keluarga itu dari semenjak anak-anak majikan masih kecil sampai sudah dewasa



Keluarga itu begitu percaya dengan si supir, dan sang supir juga sangat memegang amanah. Sampai suatu ketika sang majikan meninggal dalam sebuah kecelakaan. Supir meminta ijin untuk pulang ke Indonesia, karena dia merasa tidak perlu lagi bekerja di keluarga itu. Tetapi anak2 majikan merasa keberatan dan tidak ingin sang supir pulang. Dimana pada saat itu si supir sudah bertahun2 tidak pulang menengok keluarganya.



Singkat cerita, anak-anak majikan itu membolehkan sang supir pulang asal ia kembali membawa semua keluarganya ke Saudi untuk tinggal bersama, dengan semua biaya ditanggung oleh si anak majikan.



Memang percaya tidak percaya kalau mendengar cerita seperti itu. Tapi tidak menutup kemungkinan memang ada orang yang baik, luar biasa baik seperti itu.



Pernah aku mendengar kalimat seperti ini, kalau kita menolong salah seorang arab sekecil apapun, dia bisa membalas dengan berkali-kali lipat lebih dari itu.



Tapi yang banyak terdengar memang masalah TKW yang selalu tidak ada habisnya disiksa, ditendang, diperkosa, dan lain-lain. Dan tidak tahu kenapa rata-rata para pekerja wanita yang telah disakiti ini senang balas dendam dengan menggunakan ilmu hitam.



Seorang TKW bekerja di sebuah keluarga yang anak-anaknya sangat nakal. Kita anggap saja namanya si Odah. Odah setengah mati bertahan di keluarga itu, ia tidak sanggup dengan anak-anak majikannya yang super setan (maksudnya bandel banget :P)



Odah merapikan ruang tamu, 5 menit kemudian sudah berantakan lagi, begitu saja hari-harinya. Tidak habis-habisnya bekerja. Sang majikan perempuan kebetulan juga bekerja. Sampai pada suatu hari akhirnya Odah dimarahi habis-habis an dan dipulangkan ke Indonesia.

Rupanya sang anak mengadu kepada orang tuanya, kalau setiap hari mereka mengambang di udara, maksudnya mereka

seakan-akan seperti digantung di atas tembok seperti lukisan, agar anak-anak itu tidak mengganggu pekerjaan Odah.

Bacalah terus Al-Qur'an, meskipun belum mengerti artinya!

Ada sebuah cerita yg patut kita renungkan. Seorang muslim tua Amerika bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yg masih muda.




Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca AlQur'an di meja makan, di dapurnya.

Cucu lelakinya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya. Suatu hari, sang cucu bertanya, "Kakek! Aku mencoba untuk membaca AlQur'an seperti yang kakek lakukan, tapi aku tidak memahaminya. Dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca al Qur'an?



Dengan tenang, sambil meletakkan batubara di tungku pemanas sang kakek berkata, "Bawa keranjang batubara ini ke sungai dan bawa kemari lagi, penuhi dengan air."



Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya. Kakek tertawa dan berkata, "Lainkali kamu harus melakukannya lebih cepat lagi." Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tersebut untuk dicoba lagi.



Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah.



Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakeknya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah bolong, maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya. Sang kakek berkata, "Aku tidak mau satu ember, aku hanya mau satu keranjang air."



"Ayolah, usaha kamu kurang cukup!"

Maka sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucunya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakeknya. Ya, sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah.



Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek. Tetapi ketika ia sampai di depan kakek, keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata, "Lihat kek, percuma!"



"Jadi kamu pikir percuma?"



Kakek berkata, "Lihatlah keranjangnya." Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu berubah dari keranjang batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam.



"Cucuku, hal itulah yg terjadi ketika kamu membaca AlQur'an. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membacanya lagi, kamu akan berubah, di dalam dan di luar dirimu. Seperti sabda Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam, "Siapa saja yang membawa kebaikan maka akan mendapat ganjarannya yang sama"